
Literasi Layanan Penyensoran Film dan Iklan Film di Semarang: Upaya Menjaga Moral Publik Melalui Sinema
UIN Walisongo Online, Semarang – Lembaga Sensor Film (LSF) kembali menyelenggarakan kegiatan Literasi Layanan Penyensoran Film dan Iklan Film bersama para pemangku kepentingan perfilman Jawa Tengah pada Rabu (9/7/2025). Kegiatan yang berlangsung di Hotel Horison Ultima Semarang ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi, pelaku industri film, lembaga penyiaran, dan instansi pemerintah.
UIN Walisongo Semarang turut berpartisipasi aktif dalam acara ini dengan mengirimkan lima delegasi dari bagian Hubungan Masyarakat (Humas) untuk mengikuti kegiatan yang sarat akan nilai edukatif ini.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah, Muhammad Aulia Assyahidin, SS, MM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas konsistensi LSF menggelar acara literasi ini hampir setiap tahun di Semarang.
“Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga moralitas umum dan ketertiban sosial budaya. Kita perlu melihat karya seni bukan hanya dengan kacamata estetika, tetapi juga kacamata moral,” ujar Aulia. Ia menambahkan bahwa dalam konteks perfilman, satu adegan yang tidak layak dapat merusak nilai budaya dan agama yang dijunjung tinggi masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam gerakan sensor mandiri yang digaungkan LSF.
Sementara itu, Ketua Subkomisi Kerja Sama LSF, Imam Safe’i, menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang sosialisasi, tetapi juga wadah untuk memperluas wawasan tentang perfilman dan penyensoran.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, peserta dapat mencintai profesinya sehingga mampu menjalaninya dengan bahagia. Film bukan sekadar hiburan, tapi juga media pendidikan dan penyampaian pesan sosial yang kuat,” kata Imam. Ia juga mengungkapkan bahwa hingga pertengahan tahun ini, LSF telah menyensor lebih dari 41.000 judul film dan iklan film.
Diskusi literasi ini diperkaya dengan paparan dari dua narasumber, yaitu:
1. Muhammad Husnul Khatim Mulkan (Ketua Subkomisi Publikasi LSF) yang memberikan pengenalan tentang LSF dan layanan penyensoran film dan iklan film.
2. Drs. Mulyo Hadi Purnomo, M.Hum, praktisi penyiaran, yang membahas pentingnya kesadaran dalam melakukan sensor mandiri dengan pendekatan menonton secara sadar—baik secara fisik maupun psikis.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan Bimbingan Teknis (Bimtek) pembuatan akun sistem administrasi penyensoran berbasis elektronik (e-SiAS), sebagai upaya digitalisasi layanan penyensoran yang lebih cepat, transparan, dan terintegrasi.
Melalui kegiatan ini, LSF dan para pemangku kepentingan perfilman diharapkan dapat terus memperkuat kolaborasi dalam menciptakan tontonan yang sehat, mendidik, dan selaras dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa.